Thursday 14 September 2017

Untuk pertama kalinya, para astronom telah mendeteksi titanium oksida di atmosfer planet ekstrasurya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen FORS2 pada Very Large Telescope (VLT) ESO, yang memberikan informasi unik mengenai komposisi kimia dari the exoplanet WASP-19b, serta informasi berharga mengenai struktur tekanan dan suhu atmosfernya.

WASP-19b adalah "Jupiter" yang sangat hangat dan benar-benar tidak biasa sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi. Ini memiliki massa yang sama dengan Jupiter, tapi karena sangat dekat dengan bintang induknya, planet ini hanya memiliki orbit hanya dalam 19 jam. Ini juga membuatnya sangat panas - suhu atmosfernya diperkirakan sekitar 2.000 derajat celcius (3.632 derajat Fahrenheit).

Ketika WASP-19b melewati di depan bintangnya, beberapa cahaya bintang menerobos atmosfernya, meninggalkan "sidik jari" dalam cahaya yang sampai di Bumi pada akhirnya. Tim astronom dapat menganalisis "sidik jari" ini dengan instrumen FORS2 pada VLT dan menyimpulkan bahwa bersamaan dengan kabut global yang sangat menyeramkan, suasananya mengandung sejumlah kecil air, natrium, dan titanium oksida.

Jarang terlihat di Bumi, titanium oksida diketahui ada di atmosfer bintang yang sejuk. Di atmosfer planet yang panas seperti WASP-19b, ia menyerap panas. Sebenarnya, jika cukup titanium oksida berada di atmosfer, justru akan mencegah panas keluar atau masuk. Hal ini menyebabkan inversi termal, dengan atmosfir bagian atas lebih hangat dari atmosfir yang lebih rendah. Ozon memiliki efek serupa di atmosfer bumi, menyebabkan inversi di stratosfer.

Keragaman Planet Asing
Para periset menghabiskan lebih dari satu tahun mengumpulkan data mereka tentang WASP-19b, membandingkan pengamatan mereka dengan model atmosfer untuk memperkirakan secara ekstrem sifat atmosfer exoplanet yang berbeda. Kini, data baru tentang keberadaan titanium oksida, oksida logam lainnya, dan zat lainnya dapat digunakan untuk mengembangkan model atmosfir planet ekstrasurya yang lebih baik.

Begitu para astronom dapat mengamati atmosfer planet yang menunjukkan potensi habitabilitas yang lebih tinggi, model yang lebih baik ini dapat membantu mereka menafsirkan pengamatan tersebut dengan lebih efektif. Temuan ini juga memastikan bahwa instrumen FORS2 yang telah diperbaharui adalah alat terbaik untuk menangani studi semacam ini dari Bumi.

Per Juli 2017, para periset telah mengkonfirmasi adanya 3.500 eksoplanet, dengan jumlah calon mirip Bumi hanya di bawah 300. Namun, pencarian planet-planet yang berpotensi dihuni manusia jauh berbeda dari pencarian kehidupan alien dalam bentuk apapun.

Selama dua setengah dekade terakhir, kami telah menemukan rangkaian eksoplanet yang beragam, dan semakin banyak yang kita temukan, semakin kita melihat potensi bahwa kehidupan alien mungkin sangat asing bagi kita sehingga praktis tidak dapat dikenali lagi. Mungkin mikroba, di laut bawah tanah, atau terkubur jauh di bawah tanah.

Keanekaragaman exoplanets yang sangat kami temukan hanya memperkuat kemungkinan bahwa kehidupan alien mungkin tidak seperti kehidupan di Bumi - bahkan jika memang ada di planet berbatu yang tidak begitu berbeda dari kita. Misalnya, kehidupan apa yang bisa dihuni exoplanet yang berbukit yang atmosfernya didominasi oleh gas biosignatur lain atau gas daripada oksigen dan nitrogen?

NASA sedang mencari tanda-tanda planet seperti itu sekarang, dan selama kita tetap berpikiran terbuka dalam pengamatan kita, kita akan memiliki kesempatan terbaik untuk menemukan apa yang kita cari.

Jumlah pengguna heroin di Amerika Serikat melonjak dari 404.000 di tahun 2002 menjadi 948.000 di tahun 2016, meningkat 135%, menurut jumlah pemerintah terbaru. Tapi yang lebih mengejutkan lagi. Jumlah orang yang mengalami overdosis fatal terkait heroin telah melejit dari 2.089 pada tahun 2002 menjadi sekitar 13.219 pada tahun 2016 - sebuah lompatan 533%.

Angka-angka ini merupakan tanda mematikan dari epidemi opioid yang telah berakar di seluruh negeri. Semoga Indonesia Tanah Airku dijauhkan dari narkoba. Lebih banyak orang Amerika yang kehilangan karena narkoba daripada di Perang Vietnam. Sekretaris Pelayanan Kesehatan dan Kemanusiaan Dr. Tom Price mengatakan bahwa lebih banyak orang Amerika yang kehilangan nyawanya karena narkoba daripada yang hilang nyawanya di Vietnam. Militer AS melihat 58.000 korban di Vietnam, Tahun ini, kematian overdosis obat diperkirakan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa di 71.600 sungguh luar biasa.

"Ini tidak dapat diterima," kata Price, yang merupakan bagian dari panel yang merilis temuan terbaru dari Survei Nasional Penyalahgunaan Obat dan Kesehatan untuk Kesehatan dan Obat-obatan Nasional pada hari Kamis. Laporan tersebut sama sekali bukan berita buruk. Jumlah orang yang menyalahgunakan dan menyalahgunakan opioid relatif stabil sejak tahun lalu. Opioid dapat mencakup kedua obat resep seperti hidrokodon atau oksikodon serta obat-obatan terlarang seperti heroin atau fentanil jalanan. Penyalahgunaan narkotika termasuk menggunakan obat resep orang lain, menggunakan dosis yang lebih tinggi daripada yang ditentukan atau membeli obat resep dari jalanan.

"Apa yang ada dalam persediaan obat saat ini sangat mengerikan," kata Richard Baum, direktur akting dari Kantor Nasional Kebijakan Pengawasan Obat Nasional Gedung Putih yang juga merupakan bagian dari panel yang merilis laporan baru tersebut.

Sekitar 11,8 juta orang Amerika menggunakan opioid pada tahun 2016, kata laporan baru tersebut. Dari jumlah tersebut, hanya 8% yang menggunakan heroin. Sebagian besar menyalahgunakan resep obat penghilang rasa sakit, dan alasan utamanya tidak bertambah tinggi tapi untuk menghilangkan rasa sakit. Selain itu, diperkirakan 2,1 juta orang kecanduan heroin atau resep obat penghilang rasa sakit tahun lalu, angka yang tetap terbilang konstan sejak 2011. Jadi jauhkan generasi penerus kita dari yang namanya narkoba

sumber : [cnn]


Seekor makhluk lautan misterius yang terdampar di pantai di Texas menyusul Badai Harvey telah diidentifikasi. Preeti Desai menemukan ikan yang membusuk di sebuah pantai di Texas City, dan meminta bantuan dengan memosting Twitter.

Dia memasang beberapa foto dengan judul: "Oke, biologis twitter, apa sih ini?"

Permintaannya diserahkan ke ahli biologi dan spesialis belut Dr Kenneth Tighe, yang percaya bahwa itu adalah ular belang fangtooth. Dia mengatakan itu mungkin juga belut , karena (spesies ini berasal dari Texas dan memiliki gigi seperti taring yang besar) ".

Diperkirakan bahwa Badai Harvey, yang membawa angin kencang dan banjir ke Texas, bisa menjelaskan mengapa makhluk itu terdampar.

Ular belang fangtooth, yang juga dikenal sebagai belut "tusky", biasanya ditemukan di perairan antara 30 dan 90 meter di samudera Atlantik barat. Desai, yang berada di pantai menilai kerusakan akibat topan tersebut, mengatakan kepada BBC: "Itu sama sekali tidak terduga, ini bukan sesuatu yang biasanya anda lihat di pantai. Saya pikir itu bisa menjadi sesuatu dari laut dalam yang mungkin Telah terdampar ke pantai. "

"Reaksi utama saya adalah keingintahuan, untuk mengetahui apa sebenarnya itu," tambahnya.
Desai mengatakan bahwa dia memasang gambar di Twitter karena dia tahu banyak ilmuwan menggunakannya, dan seorang teman segera menanggapi dan menghubungi Dr Tighe.

"Saya mengikuti banyak ilmuwan dan peneliti. Ada komunitas besar dari orang-orang yang sangat membantu, terutama ketika menjawab pertanyaan tentang dunia atau mengidentifikasi hewan dan tumbuhan," katanya. Dia bilang dia meninggalkan belut di pantai "untuk membiarkan alam mengambil jalannya"

sumber : [bbc]

Tidaklah salah bila dikatakan, bahwa pemimpin juga merupakan manager atau administrator, yaitu yang menata seluruh totalitas kehidupan pondok, akan tetapi secara khusus, pola kepemimpinan di Gontor bukanlah kepemimpinan managerial atau administratif saja, yang hanya mengatur, menyelenggarakan, dan membagi tugas rutin kemudian menunggu laporan dan berakhir memberikan keputusan-keputusan yang bisa dilakukan beberapa jam saja. Dalam kamus Gontor, model kepemimpinan seperti ini sama dengan manager. Ditinjau dari fungsinya, leader atau pemimpin memiliki fungsi yang berbeda. Dalam ilmu managemen. Manager berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas pragmatis, dan hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi yaitu POACE (Planning, Organizing, Actualing, Controlling, and Evaluating). Sementara leader atau pemimpin berfungsi mengatasi perubahan dan memahami betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa depan (future). Di Gontor, pemimpin adalah pendidik, yang memiliki visi dan misi jauh ke depan, setiap saat menata, mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal, mendo’akan serta memberikan contoh. Di samping bahwa pemimpin juga berfungsi sebagai motivator, supervisor, evaluator, bahkan terjun langsung dan ikut campur dalam seluruh tata kehidupan di pondok.

Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian seorang kandidat doctor tentang budaya organisasi di pesantren. Hasilnya menunjukkan, bahwa kepemimpinan yang ideal dikarenakan banyak data menunjukkan adanya keseimbangan antara fungsi manager yang kuat dengan kuatnya fungsi leader, buktinya di Gontor terlihat rapi dalam rutinitas aktivitas sehari-hari, tapi juga kuat dalam komitmen melaksanakan nilai-nilai yang disertai dengan uswatun hasanah.

Dalam pengalaman memimpin Gontor selama 25 tahun lebih ini, tugas yang paling banyak menyita waktu adalah mengkader para santri dan guru. Memanggil, mengarahkan, memberikan tugas, dan mengawalnya setiap saat. Dengan demikian, pemimpin harus memiliki integritas tinggi, totalitas jiwa dan raga untuk terus mengembangkan pesantrennya. Setiap saat, yang dipikirkan dan dikerjakan adalah untuk kemajuan pondok ini. Seperti inilah karakter pemimpin Gontor yang selalu dinamis dan aktif.

Selain itu, bahwa seluruh apa yang ada di Gontor ini terjadi proses pimpin memimpin, tidak ada yang bisa bebas semaunya sendiri, semuanya ada tatanannya dan aturannya. Dan untuk itu semuanya, siapapun yang hidup di Gontor harus mengalami proses kepemimpinan. Siap memimpin dan siap dipimpin dengan segala keikhlasannya.

Di samping itu, proses kaderisasi yang sangat efektif adalah masa-masa umur seperti di KMI, yaitu belasan tahun. Karena masa tersebut adalah masa pembentukan mental dan karakter, bila masa ini berjalan dengan baik, maka masa selanjutnya akan mudah menjadi lebih baik. Demikian juga di KMI, guru tidak saja menjadi pengajar, tetapi dia menjadi pendidik, dan juga pembantu pondok untuk proses pelatihan diri menjadi pejuang, dan sekaligus menjadi mahasiswa, sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas wawasan mereka.

Itulah mengapa seluruh santri dan guru harus memahami atau mengerti kepondokmodernan, karena ini dasar atau kunci untuk menjalankan kehidupan di pondok. Pemahaman yang benar, pengertian yang tepat terhadap Pondok akan melahirkan pola fikir yang benar, sikap hidup yang positif, tingkah laku yang baik, bahkan gaya hidup yang produktif.

Pengertian dan pemahaman yang benar dan tepat, juga akan melahirkan etos kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja akan menumbuhkan militansi. Dengan demikian, apapun yang dikerjakan dan ditugaskan akan terasa ringan, asyik, dan menyenangkan. Mengerti apa itu pondok, mau dibawa kemana, bagaimana caranya menata kehidupan, mengembangkan dan memberikan pengaruh kepada masyarakat itu bagaimana. Semuanya harus dimengertikan berkali-kali bahkan seribu kali

sumber : [gontor.ac.id]

Wednesday 13 September 2017

Nama Ahmad Fuadi mulai terkenal sejak novel pertamanya, Negeri 5 Menara, sukses dan masuk dalam jajaran buku best seller pada 2009. Novel  tersebut merupakan buku pertama dari trilogi novelnya dan diangkat ke film layar lebar pada 2012. Ia juga mendapatkan penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia

Ahmad Fuadi lahir di sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau, Sumatra Barat pada 30 Desember 1972. Ibunya seorang guru SD, sedangkan ayahnya guru madrasah.

Setelah lulus SMP dengan nilai terbaik Fuadi merantau ke Jawa untuk mematuhi permintaan ibunya agar masuk sekolah agama.  Ia memperdalam ilmu agama serta bahasa Arab dan Inggris di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, selama empat tahun sampai lulus tahun 1992. Di Pondok inilah Fuadi menemukan banyak pengalaman dan kisah yang sangat membekas dalam dirinya. Sehingga menjadi inspirasi untuk membukukan kisahnya di Gontor dalam buku Negeri 5 Menara.

Setelah lulus dia mengikuti UMPTN dan diterima di jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat kuliah Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di penghujung masa kuliahnya di Bandung dia juga mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship. Semasa kuliah ia sering menulis artikel untuk dikirim ke berbagai media massa. Honor yang ia terima saat artikelnya diterbitkan ia gunakan untuk membayar biaya kuliah.

Setelah lulus kuliah Fuadi diterima sebagai wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan wartawan senior. Setahun kemudian, dia merantau ke Washington DC bersama istrinya yang juga wartawan tempo untuk mengikuti program S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Sambil kuliah mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America.

Pada 2004 ia kembali mendapat beasiswa untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Ia juga pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Negeri 5 Menara yang terbit pada 2009 merupakan novel pertama yang ia tulis. Ia menulis novel, karena ingin memberikan manfaat kepada orang lain, sebagaimana ungkapan yang sering diajarkan di pondok pesantren, yaitu bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain, dengan caranya masing-masing. Novelnya sangat inspiratif dan memberikan pengaruh positif kepada pembacanya, yang ceritanya diadaptasi dari pengalaman selama hidup Pondok Modern Darussalam Gontor.

Setelah Negeri 5 Menara, Fuadi menerbitkan novelnya yang kedua berjudul Ranah 3 Warna(2011), dilanjutkan dengan Rantau 1 Muara yang merupakan buku ketika dari triloginya.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwattha’ karangan Imam Malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui Bani Hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi Mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.

Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber tersebut (Al Quran dan Hadis), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum islam.

Berkaitan dengan bid’ah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah terpuji dan sesat, dikatakan terpuji jika bid’ah tersebut selaras dengan prinsip prinsip Al Quran dan Sunnah dan sebaliknya. dalam soal taklid, beliau selalu memberikan perhatian kepada murid muridnya agar tidak menerima begitu saja pendapat pendapat dan hasil ijtihadnya, beliau tidak senang murid muridnya bertaklid buta pada pendapat dan ijtihadnya, sebaliknya malah menyuruh untuk bersikap kritis dan berhati hati dalam menerima suatu pendapat, sebagaimana ungkapan beliau ” Inilah ijtihadku, apabila kalian menemukan ijtihad lain yang lebih baik dari ijtihadku maka ikutilah ijtihad tersebut “.

Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnad berisi tentang hadis hadis Rasulullah yang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadis.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Abdullah Al-Makmun bin Harun Ar-Rasyid (813-833 M) mulai memerintah Bani Abbasiyah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyah yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, Al-Amin.

Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.

Lembaga lain yang didirikan pada masa Al-Makmun adalah Majalis Al-Munazharah sebagai lembaga pengkajian keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana khalifah. Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur, di mana Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan dan puncak keemasan Islam.

Sayangnya, pemerintahan Al-Makmun sedikit tercemar lantaran ia melibatkan diri sepenuhnya dalam pemikiran-pemikiran teologi liberal, yaitu Muktazilah. Akibatnya, paham ini mendapat tempat dan berkembang cukup pesat di kalangan masyarakat.

Kemauan Al-Makmun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tidak mengenal lelah. Ia ingin menunjukkan kemauan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan biaya dan dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu. Salah satunya adalah gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.

Ahli-ahli penerjemah yang diberi tugas Khalifah Al-Makmun diberi imbalan yang layak. Para penerjemah tersebut antara lain Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang digelari Abu Zaid Al-Ibadi.

Hunain bin Ishaq adalah ilmuwan Nasrani yang mendapat kehormatan dari Al-Makmun untuk menerjemahkan buku-buku Plato dan Aristoteles. Al-Makmun juga pernah mengirim utusan kepada Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Selain para pakar ilmu pengetahuan dan politik, pada Khalifah Al-Makmun muncul pula sarjana Muslim di bidang musik, yaitu Al-Kindi. Khalifah Al-Makmun menjadikan Baghdad sebagai kota metropolis dunia Islam sekaligus pusat ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, peradaban Islam, dan pusat perdagangan terbesar di dunia selama berabad-abad lamanya.

Namun demikian, selain pemikiran Muktazilah, Khalifah Al-Makmun juga tercemari oleh paham yang menganggap Al-Qur’an itu makhluk. Paham ini melekat dan menjadi prinsip pemerintah. Orang yang tidak setuju dengan pendapat ini akan dihukum. Inilah yang menimpa beberapa ulama yang istiqamah seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Sajjadat, Al-Qawariri, dan Muhammad Nuh.

Namun belakangan Imam Sajjadat dan Al-Qawariri mengakui juga Al-Qur’an sebagai makhluk. Ketika ditelusuri, keduanya mengaku karena terpaksa. Mereka berpendapat, dalam agama, kondisi terpaksa membolehkan seseorang untuk mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keimanannya.

Kendati demikian, Imam Ahmad dan Muhammad Nuh tetap tidak mau mengakui bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Sejarah mencatat ungkapan Imam Ahmad kala itu, “Saya tidak mau pengakuan saya menjadi dalil orang-orang setelahku.” Ia juga pernah diminta oleh pamannya, Ishaq bin Hanbal untuk melakukan taqiyyah (pura-pura), namun Imam Ahmad tidak mau.

Kedua tokoh itu segera dikirim kepada Khalifah Al-Makmun yang sedang berada di medan pertempuran di Asia Kecil. Dalam perjalanan dan ketika tiba di benteng Rakka, mereka mendapat kabar bahwa sang Khalifah wafat. Jenazahnya dibawa ke Tarsus dan dimakamkan di tempat itu.

Gubernur benteng Rakka segera mengembalikan Imam Ahmad dan Muhammad Nuh ke Baghdad. Dalam perjalanan, Muhammad Nuh sakit lalu meninggal dunia. Sedangkan Imam Ahmad dibawa ke Baghdad.


sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870–950, Bahasa Persia: محمد فارابی ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke Aleppo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara. Setelah mendapat pendidikan awal, Al-Farabi belajar logika kepada orang Kristen Nestorian yang berbahasa Suryani, yaitu Yuhanna ibn Hailan. Pada masa kekhalifahan Al-Muta’did (892-902M), Al-Farabi dan Yuhanna ibn Hailan pergi ke Baghdad dan Al-farabi unggul dalam ilmu logika. Al-Farabi selanjutnya banyak memberi sumbangsihnya dalam penempaan filsafat baru dalam bahasa Arab. Pada kekahlifahan Al-Muktafi (902-908M) dan awal kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932M) Al-farabi dan Ibn Hailan meninggalkan Baghdad menuju Harran. Dari Baghdad Al-Farabi pergi ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama dealapan tahun serta mempelajari seluruh silabus filsafat.
Al-Farabi dikenal sebagai “guru kedua” setelah Aristoteles. Dia adalah filosof islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama)yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi’ah.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Putri Imam Ahmad bin Hanbal terkejut. Ia yang sejak ba’da Isya’ mengamati kamar Imam Syafi’i tidak melihat ulama tersohor itu keluar kamar untuk shalat tahajjud. Tidak pula mengambil wudhu. Imam Syafi’i baru terlihat keluar dari kamar tamu ketika adzan Subuh berkumandang.

Selain itu, ada hal-hal ganjil lain yang dilihatnya dari tamu ayahnya itu. “Wahai ayah, apakah beliau adalah Imam Syafi’i yang kau ceritakan itu?” tanyanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal.

“Iya,” jawab sang ayah, singkat.

“Aku perhatikan ada tiga hal yang ganjil. Ketika kita hidangkan makanan, ia banyak makan. Ia tidak menunaikan shalat tahajud. Lalu ketika shalat Subuh, ia tidak berwudhu.”

Imam Ahmad bin Hanbal pun kemudian menyampaikan hal tersebut kepada Imam Syafi’i.

“Wahai Imam Ahmad, aku banyak makan karena aku tahu bahwa makanan yang engkau hidangkan pasti makanan halal dan engkau adalah orang yang dermawan. Tak ada keraguan sedikitpun akan hal itu. Makanan halal yang diberikan orang dermawan adalah obat. Aku makan banyak bukan untuk mengenyangkan perutku, tetapi untuk menjadikannya sebagai obat untuk diriku,” terang Imam Syafi’i. Nyatalah, beliau bukanlah seorang yang banyak makan. Bukan orang yang suka memenuhi perutnya dengan makanan.

“Semalam aku memang tidak menunaikan shalat tahajud. Sebabnya, ketika aku hendak tidur, aku melihat seakan-akan Al Qur’an dan hadits terpampang di depan mataku. Aku pun menghabiskan malam dengan melakukan istinbath hukum. Alhamdulillah, tujuh puluh dua masalah Fiqih dapat kuselesaikan dalam semalam. Insya Allah semuanya bermanfaat bagi kaum muslimin,” masya Allah… inilah ulama besar yang sangat memperhatikan urusan umat Islam, hingga semalam suntuk tidak tidur demi memberikan solusi dan kemanfaatan.

“Adapun mengapa aku shalat Subuh tanpa terlihat mengambil air wudhu, karena semalaman mataku terjaga dan tidak ada sesuatu yang membatalkan wudhuku,” pungkas Imam Syafi’i. Jawaban ini membuat Imam Ahmad bin Hanbal semakin mengagumi sahabatnya itu. Jawaban ini juga membuat putri Imam Ahmad bin Hanbal merasa malu telah memiliki prasangka yang bukan-bukan terhadap imam agung tersebut. Namun tanpa pertanyaannya, mungkin seluruh dunia tidak pernah tahu kisah ini.

Kini saatnya kita bertanya pada diri kita. Jika kita suatu ketika –atau bahkan terbiasa- banyak makan, adakah alasan lain atau hanya untuk memenuhi syhawat perut kita? Sebab banyak makan karena syahwat perut akan membuat kita banyak tidur, malas ibadah dan akhirnya banyak masalah. Karenanya Rasulullah mengajarkan umatnya untuk tidak memenuhi perut dengan makanan; melainkan sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk air, dan sepertiganya untuk udara.

Jika Imam Syafi’i tidak menunaikan shalat tahajud karena sedang melakukan istinbath hukum, menjawab dan menulis tujuh puluh dua masalah Fiqih demi kemaslahatan umat, adakah alasan kita ketika kita tidak shalat tahajud? Atau jangan-jangan, kita terbiasa tidak shalat tahajud tanpa alasan?! Astaghfirullah.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Suatu hari seorang gadis kecil menemukan sebuah kepompong di halaman rumahnya yang akan mengeluarkan seekor kupu-kupu. Teringat akan keindahan warna kupu-kupu, gadis kecil itu menunggunya dengan sabar. Sebuah lubang kecil tampak mulai terbuka. Tampak kupu-kupu berjuang keras berusaha keluar dari lubang yang belum sepenuhnya terbuka tersebut. Lama sekali gadis tersebut menunggunya dan tidak tampak kupu-kupu tersebut akan berhasil keluar.

Gadis kecil tersebut merasa kupu-kupu tersebut tidak akan dapat keluar dan ia memutuskan untuk membantunya. Kemudian ia mengambil sebuah gunting dan menggunting lobang kecil tersebut menjadi sedikit lebih besar sehingga kupu tersebut dapat keluar.

Tak lama setelah lubang tersebut terbuka, kupu-kupu tersebut dapat keluar dengan mudah. Tapi alangkah terkejutnya si gadis kecil ketika melihat tubuh kupu-kupu tersebut membengkak dengan sayap yang keriput. Gadis itu tetap menunggu dengan sabar berharap sayap kupu tersebut melebar dan menjadi normal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Lama sekali ia menunggu berharap hal tersebut terjadi, tapi tak ada perubahan apapun dan hari itu ia mendapati kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang di sisa hidupnya dan hanya akan terus merangkak di tanah sampai ajal menjemputnya.

Pelajaran apa yang dapat diambil dari kisah di atas? Apakah gadis kecil tersebut tidak cukup baik menolong kupu-kupu itu untuk keluar dari kepompongnya?
Ternyata kepompong yang tertutup tersebut dan perjuangan kupu-kupu untuk keluar dari kepompong diperlukan untuk memaksa cairan dalam tubuh kupu-kupu menyebar ke sayapnya hingga siap dipakai untuk terbang.

Persis seperti kita dalam menjalani kehidupan, bahwa hidup tanpa hambatan akan membuat kita lemah dan melumpuhkan kita. Dan kita tidak akan pernah bisa “TERBANG”.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Pagi itu seorang anak buta duduk di depan sebuah gedung perkantoran dengan tangan memegang topi sambil menengadahkannya memohon belas kasihan. Di sebelah anak kecil tersebut terdapat sebuah papan dengan tulisan “Saya buta, tolonglah saya”. Dan terdapat beberapa buah koin rupiah yang berhasil dikumpulkannya.

Sesaat kemudian tampak seorang pria berjalan lewat di depan anak tersebut. Tiba-tiba dia berhenti dan merogoh sakunya serta mengambil satu lembar uang dan meletakkannya di dalam topi tersebut. Kemudian ia menambil papan tulisan tersebut, menghapusnya dan menuliskan sebuah kalimat lain. Lalu ia meletakkannya kembali di tempat semula di samping anak buta tersebut agar setiap orang yang melewati anak tersebut dapat melihat dan membaca tulisan tersebut dengan jelas.

Tak lama setelah itu, tampak topi yang dipegang anak buta tersebut mulai banyak terisi. Hampir setiap orang yang lewat berhenti dan memberi anak buta tersebut uang.

Saat sore tiba, lelaki yang merubah tulisan tersebut kembali melintas di depan anak tersebut. Si anak yang mengenal langkah kaki tersebut berusaha menghentikan dan bertanya, “Bukankan anda yang telah mengubah tulisan di papan ini tadi pagi? Apa yang anda tulis?”

Lelaki tersebut menjawab, “Saya menulis sebuah kenyataan, saya menulis apa yang kamu tulis tapi dengan cara berbeda.”

Lelaki tersebut menulis: “Hari ini sangat indah dan saya tidak bisa melihatnya.”

Apakah pembaca berpikir bahwa tidak ada bedanya tulisan pertama dengan tulisan pengganti tersebut?

Tentu, bahwa kedua tulisan menyebutkan bahwa si anak buta. Tapi tulisan pertama lugas menyebut si anak buta. Sedangkan tulisan kedua memberitahu orang-orang bahwa mereka sangat beruntung masih dapat melihat. Dan ternyata tulisan berbeda dan yang kedua tampak sangat efektif.

Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Al-Mu’minun: 78)

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad  runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia (Iran). Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.

Dalam perkembangannya dunia islam selalu mengalami pasang surut dan disini saya akan memaparkan tentang periode-periode yang ada pada kerajaan Turki Usmani mulai dari awal berdirinya sampai keruntuhannya, karena kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pionir dalam perkembangan dunia islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia islam.


Asal Mula Turki Utsmani


Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku  kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi, Sulaiman Syah, mengajar anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dari lari ke arah barat. Bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey salah satu kabilah Al-Ghaz Al-Turki, yang mendiami daerah Turkistan. Pemimpinnya yang terkenal bernama Sulaiman yang membawa kabilahnya sesuai perang milaz kurd, mengembara ke Asia kecil. Akan tetapi ditengah perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman meninggal dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang apakah terus melanjutkan pengembaraannya atau pulang kembali ke tempat asal mereka. Rombongan pengembara tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok. Kelompok kedua yang melanjutkan perjalanannya dan memilih putra Sulaiman, Ertoghrul sebagai pimpinan mereka. Sesampainya di asia kecil rombongan Ertoghrul mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk bernama Sultan Alauddin II yang mana saat itu berperang dengan Byzantium, maka Ertoghrul bersama rombongan pun segera membantu pasukan tentara Alauddin.

Setelah mendapatkan kemenangan, mereka mendapatkan hadiah berupa sebuah wilayah yang berdekatan dengan Byzantium. Sejak saat itulah mereka menetap disana. Pada 1289 Masehi, Ertoghrul meninggal dunia dan posisinya digantikan oleh anaknya, Utsman. Ditangan Utsman inilah berdiri kerajaan Turki Utsmani. Kemudian pada 1300 M, ada serangan dari Mongol terhadap Seljuk, dan kerajaan Seljuk mengalami kekalahan. Sejak saat itu Seljuk mengalami kemunduran. Maka Utsman menyatakan bahwa dia berkuasa penuh atas wilayah yang ditempatinya itu dan mengangkat dirinya sebagai raja dan mendapatkan sebutan sebagai Raja Utsman.

Periode Kemajuan Turki Utsmani

Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan di pimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi Militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M. Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang dipimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.

Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid (1389-1403 M) naik tahta. Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, Morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan raja islam yang bernama Timur Lenk di Samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Ertoghrul, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I (1403-1421 M) yang naik tahta, di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih setelah Timur Lenk meninggal pada tahun 1405 M. Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murad II. Pada masa Muhammad II, tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal digantikan oleh putranya Sultan Bayazid II berbeda dengan ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I.

Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya dikuasai mamluk. Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Syiria. Meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest dan Yaman.

Periode Kemunduran

Setelah Beliau meninggal di gantikan putranya Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah berkuasa lebih dari 2 setengah abad. Pada masa pemerintahan Salim II, Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto, Yunani. Turki Usmani kalah yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut musuh. Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III ((1574-1595 M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan menguasai Tiflis di laut Hitam pada tahun 1577 M, merebut kembali Tabriz, dan menundukan Georgia. Namun karena berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, muncul kekacauan dalam negeri. Kekacauan pun menjadi-jadi setelah Sultan Muhammad III (1595-1603 M) naik tahta. Austria berhasil memukul kerajaan yang menjadikan wibawa Kerajaan Turki Usmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa.

Selanjutnya Sultan Ahmad I (1603-1617 M) naik tahta. Ia bangkit kembali berusaha memperbaiki situasi dalam negeri, namun hasilnya kurang maksimal. Sesudah Sultan Ahmad I, keadaan semakin memburuk setelah naiknya Sultan Mustafa (1617-1618 M dan 1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun menjabat karena tidak bisa mengatasi gejolak politik dalam negeri sehingga di paksa turun melalui Fatwa Syaikh Al Islam. Setelah Mustafa turun, digantikan oleh Sultan Usman II (1618-1622 M), Namun Ia juga tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia lepas dari kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh Sultan Mustafa namun hanya setahun, Ia pun di gantikan oleh Sultan Murad IV (1623-1640M) yang kemudian mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan pemerintahan kembali. Namun situasi kembali berubah setelah Sultan Ibrahim (1640-1648 M) naik tahta pada masanya, orang-orang Venesia berhasil mengusir Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M.

Sebab kekalahan itu kekuasaan yang dipegang oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana menteri yang diberi kekuasaan absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara. Sepeninggal Koprulu, kerajaan dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak di pimpin Ibrahim, kerajaan selalu kalah dalam peperangan sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa. Pada tahun 1699 M, terjadi perjanjian Korlowith yang memaksa Kesultanan Turki Utsmani melepaskan Hongaria, Slovenia, Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan Dalmatia kepada bangsa Venetia. Pada tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat mengalahkan Turki Usmani di sepanjang pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat di kuasai kembali pada masa Sultan Mustafa III (1757-1774 M) Setelah sultan Mustafa III, digantikan oleh Sultan yang lemah, yaitu Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M). Ia mengadakan perjanjian Kinarja dengan Catherine II dari Rusia. Yang mana Kerajaan diharuskan menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam, mengizinkan armada Rusia melewati Selat antara laut hitam dan putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea.

Sejak itu kemunduran terus berlanjut hingga muncul pergerakan Turki Muda sebagai oposisi, dari kalangan pelajar perguruan tinggi yang berusaha menjatuhkan sistem monarki kesultanan Turki Usmani. Gerakan ini dipelopori oleh Murad Bey, Ahmad Reza, dan pangeran Salahudin pada tahun 1920 M, muncul pula pergerakan militer yang di kepalai oleh Mustafa Kemal Attaturk berserta tokoh nasionalis lainya seperti Yusuf Akcura dan Zia Gokalp, mereka mendirikan Dewan Nasional di Ankara. Pada tahun 1924 M, majelis ini pun mengeluarkan deklarasi yang mengangkat Mustafa Kemal Attaturk sebagai presiden dan merubah kerajaan menjadi negara republik.

Peradaban yang berkembang pada bidang militer dan pemerintahan

Adanya Akademi militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
Terbentuknya tentara tangguh Jenissari dan Taujiah.
Adanya Kitab Muqtadha Al-Abhur, sebagai Undang-Undang Pemerintahan.
Adanya perdana menteri sebagai pembantu raja dalam pemerintahan, dan disetiap daerah terdapat kepemimpinan lokal yang setara dengan gubernur sekarang.
Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan seni budaya

Sebab Turki Usmani kurang fokus terhadap ilmu pengetahuan, maka bidang ilmu pengetahuan pun kurang menonjol tidak seperti dinasti islam sebelumnya. Adapun beberapa tokoh termasyhur dari beberapa disiplin ilmu yang muncul kala itu, di antaranya :

Abdulrauf Al Manawy dan Abdul Wahab Syaqrany , sebagai ahli hadis dan tasawuf.
As Shadar bin Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai ahli Filsafat dan mantiq.
Daud Inthaqy dan Sahabudin bin Salamah Qaliyuby, ahli dalam bidang kedokteran.
Ibnu Hasan Samarkandy, sebagai ahli ilmu politik.
Qari Al Harawy, sebagai ahli musik.
Ibnu Diba Az Zabidy dan Abdul Ghani An Nablusy, sebagai ahli sejarah.
Aisyah Baquniyah dan Ali khan, sebagai ahli sastra.
Abdulqadir Baghdady dan Az zabidy, sebagai ahli bahasa.
Muammar Sinan, sebagai ahli di bidang arsitektur.
Musa Azam, Sebagai ahli seni.
Adapun mengenai budaya sosial, budaya Turki Usmani sangat dipengaruhi oleh tiga budaya. Dari kebudayaan Persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana. Ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan keilmuan mereka mengambil dari Bangsa Arab. Sedangkan pemerintahan dan organisasi kemiliteran mereka banyak mengambil dari Byzantium.

Pada Bidang Keagamaan

Adanya jabatan Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi, yang memiliki kuasa legitimasi dalam hukum kerajaan.
Berkembangnya Tarekat, seperti tarekat Bekhtsyi dan tarekat Maulawi.

Pada Bidang Ekonomi

Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya: Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun, Anatolia selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kehancuran Turki Utsmani

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Utsmani adalah sebagai berikut:

Wilayah kekuasaan yang terlalu luas.
Heterogenitas penduduk.
Kelemahan para penguasa.
Pemberontakan-pemberotakan.
Merosotnya Ekonomi.
Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Di sebuah desa hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. “Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. ..” demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. “Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…” Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Diayakin, Allah pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.

Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang,dia berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku…”

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe.Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. “Keajaiban Tuhan akan datang… pasti,” yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe!” batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Air mata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Apakah Tuhan ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar… merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.

Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. “Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?”

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. “Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe…” Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. “jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe…”

“Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?” tanya perempuan itu lagi.

Kepanikan melandanya lagi. “Duh Gusti… bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, sahabat?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! “Alhamdulillah!” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?”

“Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?”

Sahabat……Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan Padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah SEMPURNA.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Kisah di mana seorang lelaki yang tersalah bersedekah kepada pencuri, penzina dan orang kaya yang disangkannya mereka itu ialah orang miskin. Abu Hurairah r.a menerangkan bahawasanya Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda maksudnya:

“Seorang lelaki berkata: Demi Allah saya akan memberi sedekah. Maka dia keluar membawa sedekahnya lalu diletakkannya di dalam tangan pencuri. Maka pada paginya, orang ramai pun memperkatakan hal tersebut. Mereka berkata: Telah diberi sedekah kepada pencuri. Si pemberi itu berkata: Wahai Tuhan ku, hanya untuk Engkaulah segala puji-pujian. Demi Allah, saya akan sedekahkan satu sedekah lagi. Maka dia keluar membawa sedekahnya lalu diletakkan di tangan wanita penzina. Pada pagi hari itu orang ramai pun memperkatakan hal tersebut. Mereka berkata: Telah diberikan sedekah kepada wanita penzina. Orang tersebut berkata: Wahai Tuhan ku, hanya untuk Engkaulah segala puji-pujian. Demi Allah saya akan memberikan satu sedekah lagi. Maka dia keluar membawa sedekahnya lalu diletakkan di tangan orang kaya. Pada pagi hari itu orang ramai memperkatakan hal tersebut. Mereka berkata: Telah diberikan sedekah kepada orang kaya. Orang itu berkata: Wahai Tuhan ku, hanya untuk Engkaulah segala puji-pujian terhadap si pencuri, si penzina dan terhadap si kaya.

Kemudian datanglah seseorang kepadanya dalam tidurnya lalu berkata kepadanya: Sedekah mu kepada si pencuri, mudah-mudahan ia akan memelihara dirinya daripada mencuri, manakala kepada wanita penzina mudah-mudahan ia akan memelihara dirinya daripada berzina dan orang kaya mudah-mudahan ia akan mengambil ibarat lalu menafkahkan sebahagian harta yang telah Allah berikan kepadanya.” (Hadis Sahih riwayat Bukhari dan Muslim)

Ringkasan kisah

Dalam hadith ini Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kita bagaimana ada seorang lelaki yang soleh di mana dia ingin memberi sedekah kepada mereka yang memerlukannya. Memanglah bagi mereka yang telah subur dalam diri mereka kemanisan iman dan juga sentiasa beramal soleh sentiasa memikirkan bagaimana mahu menambahkan amal kebajikan bagi mengejar keredhaan Allah. Lelaki ini merupakan salah seorang daripadanya di mana telah timbul dalam hatinya untuk bersedekah.Lelaki ini mahu bersedekah dalam keadaan sembunyi di mana tidak siapa pun akan mengetahuinya melainkan Allah. Ini adalah kerana hanya sedekah secara sembunyi sahaja mampu memadamkan api kemurkaan Allah dan sedekah secara sembunyi juga merupakan selebih-lebih sedekah berbanding sedekah secara terang-terangan.

Pada suatu malam lelaki ini telah keluar bertujuan untuk memberi sedekah dan dia telah memberi sedekahnya itu kepada seseorang yang mana pada anggapannya dia merupakan seorang yang miskin sedangkan pada hakikatnya dia merupakan seorang pencuri. Pada keesokan harinya pencuri itu menceritakan kepada orang ramai bahawa ada seorang lelaki yang tidak dikenalinya telah memberi sedekah kepadanya. Mendengar cerita itu menyebabkan keadaan menjadi gempar di mana masing-masing menceritakan bagaimana ada seorang lelaki telah memberi sedekah kepada seorang pencuri. Akhirnya berita mengenai sedekahnya kepada seorang pencuri telah sampai ke telinganya sedangkan ketika dia memberikan sedekahnya itu dia menganggap bahawa orang itu miskin. Mendengar berita itu menyebabkan lelaki itu merasa kecewa dan sedih lalu mengucap: Wahai Tuhanku! Segala pujian untukMu. Aku telah terbahagi sedekahku kepada pencuri.

Dia berazam untuk melakukan sedekah seterusnya kerana dia merasakan bahawa sedekahnya kepada pencuri itu menjadi suatu perkara sia-sia dan tidak akan dinilai oleh Allah. Pada malam yang kedua dia keluar dari rumahnya bertujuan untuk bersedekah dan dia telah memberi sedekahnya itu kepada seorang perempuan yang dianggap miskin sedangkan pada hakikatnya dia merupakan seorang pelacur. Pada keesokan harinya pelacur itu menceritakan kepada oarng ramai bahawa ada seorang lelaki yang tidak dikenalinya telah memberi sedekah kepadanya. Mendengar cerita itu menyebabkan keadaan menjadi gempar di mana masing-masing menceritakan bagaimana ada seorang lelaki telah memberi sedekah kepada seorang pelacur. Akhirnya berita mengenai sedekahnya kepada seorang pelacur telah sampai ke telinga lelaki tadi sedangkan ketika dia memberikan sedekahnya itu dia menganggap bahawa orang itu miskin. Mendengar berita itu menyebabkan lelaki itu merasa bertambah kecewa dan sedih lalu mengucap: Wahai Tuhanku! Segala pujian untukMu. Aku telah terbahagi sedekahku kepada pelacur.

Dia berazam untuk melakukan sedekah seterusnya kerana dia merasakan bahawa sedekahnya kepada pencuri itu menjadi suatu perkara sia-sia dan tidak akan dinilai oleh Allah. Pada malam yang ketiga dia keluar dari rumahnya bertujuan untuk bersedekah dan dia telah memberi sedekahnya itu kepada seorang lelaki yang dianggap miskin sedangkan pada hakikatnya dia merupakan seorang kaya. Apabila dia mengetahui perkara sebenar buat kali ketiga, maka bertambah sedihlah lelaki ini sehingga dia mengucapkan: Wahai Tuhanku! bagi Engkau segala pujian itu. Aku telah tersilap bahagi sedekah kepada pencuri, pelacur dan juga si kaya.

Lelaki ini tidak tahu bagaimana Allah tetap menerima segala amalan sedekahnya walaupun dia merasakan bahawa sedekahnya itu ditolak oleh Allah. Akhirnya melalui pemberitahuan dalam mimpinya maka dia dapat tahu bahawa sedekahnya telah dibalas oleh Allah dengan pahala yang setimpal dengan amalannya itu. Allah juga memberitahunya bagaimana setiap sedekahnya telah membawa hikmah iaitu pencuri akan berhenti daripada mencuri, pelacur akan bertaubat daripada berzina dan si kaya akan turut bersedekah dengan harta yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah.

Sesungguhnya sedekah yang diberikan dengan niat yang baik akan diterima Allah walaupun tidak jatuh kepada orang yang selayaknya. Bukan hasil yang dilihat (material atau keputusan zahir) tetapi usaha dan amalan untuk melakukannya itu yang dilihat.

“dan bahawasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (An-Najm : 40).

Wallau a’lam bisshawab.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Memang, tak semua orang merasakan kenikmatan hidup, kesenangan, kebahagiaan yang sama. Setiap individu punya hidup masing-masing, punya ‘ukuran’ masing-masing, tergantung apa dan bagaimana dia menjalani hidupnya. Sekarang, tak perlu kita membanding-bandingkan kehidupan kita, mengeluh, galau, apalagi merasa kalau Allah tidak adil kepada kita, Na’udzubillah.

Semua yang kita jalani, alami, nikmati dan rasakan adalah hasil dari perbuatan yang kita lakukan sehari-hari. Kita adalah refleksi dari apa yang kita lakukan. Tak mudah memang menyadari kekurangan diri kita sendiri, hanya orang lain yang tahu segala kekurangan kita. Sekarang, tinggal kita yang harus mau menerima atau tidak, terkadang kita merasa angkuh dan tak mau mengalah, tak mau menerima dan mengakui kekurangan kita sendiri, merasa dirinya paling benar, paling tua, yang paling harus didengar. Tapi, ada pula yang bisa menerima kritikan dan masukan orang lain, bahkan bermuhasabah diri, berkontemplasi, mencari kekurangan, dan memohon doa agar lebih baik lagi, semoga kita bisa menjadi orang yang demikian, Subhanallah.

Kesulitan yang kita rasakan, masalah yang kita hadapi, tantangan yang ada dalam hidup kita, itu adalah ‘pembelajaran’ dan ‘jalan’ dari Allah untuk menjadikan kita lebih kuat, lebih baik, lebih matang, dan menjadi manusia seutuhnya, Insan Kamil, manusia yang ‘sempurna’. Sempurna disini bukan berarti bisa melakukan segala sesuatu, bisa memiliki segala sesuatu. Tapi insan kamil adalah manusia yang mampu menyeimbangkan bekal dan ilmu bagi kehidupannya di dunia, maupun di akhirat, seperti do’a yang selalu kita ingat dan panjatkan di akhir penutup do’a:

ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار

“Robbana aatina fiiddunya hasanah, wa fiil-aakhirati hasanah waqinaa ‘adzabannar,”

Tugas kita sebagai seorang hamba adalah memohon yang terbaik dari Allah, tak lelah dan bosan terus berdo’a dan menyandarkan segala urusan kita kepada Allah SWT, baik urusan di dunia, maupun di akhirat. Karena sesungguhnya, Allah tidak pernah menolak do’a seorang hamba. Allah akan selalu menerima dan mengabulkan do’a hamba-Nya. ((أدعوني أستجب ل)) “Ud’uunii astajib lakum,” Berdo’alah kepadaku, akan aku kabulkan untukmu. Wallahu Akbar.

Sesungguhnya, semua keluh kesah kita ada jalan keluarnya, semua masalah ada solusinya: Allah SWT. Karena terkadang, kita sering lupa dengan Allah saat kita senang, dan justru ‘protes’ kepada Allah saat kita susah. Semoga kita selalu menjadi orang yang selalu mengingat Allah dalam segala keadaan, baik senang maupun susah. Karena Allah akan melipatgandakan nikmat-Nya untuk mereka yang bersyukur dengan segala yang Allah berikan kepadanya, dengan berbagai macam cara, dan rupa. Wallahu a’lam bishawab.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Suatu hari Khalifah Umar Abdul Aziz berpidato di hadapan kaum muslimin. Sebagaimana biasa, pidato beliau sangant menarik dan memikat para pendengar. Akan tetapi pada kali ini, selain daripada kandungan pidatonya, gerak-gerik Khalifah pun turut menjadi perhatian. Khalifah sering memegang dan mengibas-ngibaskan bajunya ketika berpidato, sesekali di sebelah kanan dan sesekali di sebelah kiri. Dengan demikian orang ramai menyadari bahawa gerakan tangan Khalifah tidak ada hubungannya dengan kandungan pidato.

Setelah Khalifah turun daripada tempat berpidato, mereka saling bertanya dan akhirnya diketahui rahasianya. Dikatakan bahwa baju yang dipakai Khalifah baru saja dibasuh dan belum kering. Karena tidak ada baju lagi, maka baju itu dipakainya juga. karena itu beliau selalu mengerak-gerakkan bajunya ketika berpidato agar cepat kering.

Ketika Khalifah Umar sakit, pakaian yang dipakainya telah kotor. Muslimah Abdul Aziz kakak Fatimah Abul Malik datang menemui adiknya dan melihat Khalifah yang sedang sakit. “Fatimah, basuhlah pakaian Khalifah itu. Sebentar lagi orang ramai akan masuk menemuinya”, tegur Muslimah. “Demi Allah, beliau tidak punya pakaian lagi kecuali yang dipakai itu”, jawab Fatimah.

Seorang perempuan Mesir telah datang ke Damsyik karena ingin bertemu dengan Amirul Mukminin Khalifah Umar Abdul Aziz. Dia bertanya-tanya di mana istana Khalifah dan orang ramai menunjukkannya. Sampai saja di rumah yang dimaksudkan, perempuan Mesir itu bertemu dengan seorang perempuan yang memakai pakaian yang sudah lusuh dan buruk dan seorang lelaki sedang bergelimang dengan tanah kerana memperbaiki rumahnya.

Perempuan itu bertanya lagi dan ketika mengetahui bahawa perempuan yang ditanya adalah Fatimah isteri Khalifah, dia terkejut luar biasa. Kerena mana ada seorang permaisuri raja yang berkuasa memakai baju buruk seperti itu. Dia merasa takut dan kagum. Akan tetapi Fatimah pandai melayani, sehingga tamu itu merasa suka dan tenang hatinya.

“Mengapa permaisuri tidak menutup diri daripada lelaki tukang keruk pasir itu?” tanya perempuan Mesir itu. “Tukang keruk pasir itulah Amirul Mukminin” jawab Fatimah sambil tersenyum. Sekali lagi tamu itu terkejut dan beristighfar. Khalifah Umar tidak mempunyai pelayan kecuali seorang anak-anak lelaki. Dialah satu-satunya khadam dalam istana Umar. Fatimah memberinya makan kacang setiap hari sehingga si pelayan menjadi bosan. “Kacang..kacang…setiap hari kacang,” kata si pelayan merungut. “Inilah makanan tuanmu Amirul Mukminin, wahai anakanda,” kata Fatimah.

Suatu ketika diceritakan bahawa seorang lelaki dan isterinya di Syam telah merelakan anaknya ikut berperang di jalan Allah dan menemu syahid di medang perang. Beberapa masa kemudian dia melihat seorang lelaki dengan menunggang kuda menuju kearahnya. Setelah diperhatikan, ternyata pemuda itu seperti anaknya yang telah meninggal dunia. “Hai, coba kamu lihat pemuda yang berkuda itu, seperti anak kita, kan?” kata lelaki itu kepada isterinya. “Semoga Allah merahmati engkau. Janganlah tertipu oleh syaitan. Anak kita sudah syahid, bagaimana bisa menunggang kuda seperti itu?” kata isterinya.

Sementara suami isteri itu memperhatikan dengan betul, tiba-tiba pemuda menunggang kuda itu telah berada di hadapannya. “Assalamualaikum.” kata penunggang kuda. “Waalikumsalam,” jawab kedua-dua suami isteri itu. Ternyata dia memang anaknya, maka terkejutlah kedua ibu bapa itu sambil segera memeluknya. Mereka gembira luar biasa bercampur heran.

“Ayah, ibu tetap saja di situ,” kata pemuda itu menegur. “Saya bukan seperti ayah dan ibu lagi, demikian juga ayah dan ibu bukan seperti saya. Saya datang pun bukan untuk pulang kepada ayah dan ibu.” Kedua ibu bapa faham akan maksud anaknya, mereka pun diam. Kemudian anak itu menerangkan bahawa kedatangannya bukan sengaja.

“Sebenarnya aku datang bukan untuk mengunjungi ayah dan ibu, tetapi hanya mengambil kesempatan saja dalam keperluan lain. Yaitu Amirul Mukminin Khalifah Umar Abdul Aziz telah wafat. Golongan syuhada minta izin kepada Allah untuk hadir dalam pengurusan janazahnya. Allah memperkenankan permintaan mereka dan saya termasuk di antaranya.”

Kemudian dia bertanya keadaan kedua ibu bapanya, menghormatinya dan menjanjikan kebaikan daripada Allah. Setelah itu dia mendoakan ibu bapanya memberi salam lalu pergi. Dengan itu penduduk kampung mengetahui bahawa khalifah mereka, Umar Abdul Aziz telah wafat.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf : 11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum : 48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (Lihat Tafsiir ibni Katsir VII/280)

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.

al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah) Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,

Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.

Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.

Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.

Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.

Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.

Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.

Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.

Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.

Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.

Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.

Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.

Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.

Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.

Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.

Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.

Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.

Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.

Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.

Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.

Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin. (Akan dikatakan kepadanya),

ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10) (Al-Kabaair hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian)

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung. Yah, kita mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.

Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 11; Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam sebuah riwayat diterangkan: Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799)) Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah. Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfa’at untuk menghapuskan dosa-dosa.

Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga.

Jangan Mendurhakai Ibu

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68)

Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah Muslim XII : 11)

Buatlah Ibu Tertawa

((جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا

“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.”

Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))

Jangan Membuat Ibu Marah

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka. Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))

Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya.

Wal iyyadzubillaah.. tidak terucap dari lisan ibu melainkan do’a kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu, berbaktilah, selagi masih ada waktu…

والله الموفّق إلى أقوم الطريق وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين

sumber : [http://fm.gontor.co.id]

Kategori

Konsultan IT

Konsultan IT
Indonesian Expert adalah Mikrotik Training Center (MTC) yang telah memiliki lisensi untuk mengadakan training dan sertifikasi MikroTik

Sulaiman Store Depok

Sulaiman Store Depok
Jual Beli Perangkat Jaringan

Free Courses

Free Courses
Kursus Online Buat IT

MWN

MWN
Hosting

Blog Archive

Email Subscriptions

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Popular Posts